Menulis merupakan kerja otak dan fisik, dalam hal ini tangan. Ketika tangan bekerja sistem kognisi beraksi mengolah data atau informasi untuk diterjemahkan ke dalam rangkaian kata dan kalimat. Ketika menulis, otak bekerja mencari ide dan akan terus bekerja melakukan pengembangan ide yang sudah ditemukan.
Jika sering digunakan maka otak akan terus bekerja menerima dan mengolah banyak informasi baru. Dengan begitu, otak akan selalu aktif sehingga daya ingat juga akan tetap aktif. Otak manusia ibarat otot yang perlu dilatih setiap saat agar tetap kuat. Menulis sebagai sebuah kerja otak akan membuat daya ingat dan kemampuan berfikir seseorang makin kuat, Ini (konon) dapat membuat seseorang terhindar dari penyakit pikun di usia muda.(1)
Pada penulis pemula atau pada sesorang yang masih pada tahap belajar sejumlah kendala seringkali menjadi penghambat dalam aktivitas menulis, Kendala itu antara lain, sulit menemukan ide, kurangnya penguasaan kosa kata yang bermuara pada kesulitan merangkai kata.
Hal ini menyebabkan sesorang mengalami kegagapan dalam membuat tulisan--mulai dai mana dan harus menulis apa. Akibatnya seseorang terus menerus menunda waktu untuk mulai menulis. Penyakit lainnya yang sering menghantui pikiran dan perasaan sesorang adalah rasa tidak percaya diri. Hantu ini menciptakan pikiran pada seseorang dimana dia merasa tulisannya tidak memiliki kualitas sehingga tidak layak untuk dibaca orang lain.
Bagaimana menemukan ide?
Secara teoritis, pada umumnya menulis diawali dengan aktivitas "menemukan ide". Akan tetapi, pada sebagian orang ide itu diakui sebagai sesuatu yang muncul belakangan ketika sudah mulai menuangkan pikiran atau pengalamannya ke dalam tulisan. Hal ini memberikan kesan bahwa ide dalam sebuah tulisan seakan menjadi sesuatu yang dapat dinafikan. Lantas apakah ide dalam tulisan menjadi sesuatu yang tidak penting?
Pada kesempatan ini pembicaraan tentang ide dalam menulis dapat dikesampingkan. Hal penting bagi seseorang ketika masuk dalam dunia kepenulisan adalah banyak membaca. Membaca, dalam konteks ini, menyaran kepada dua hal. Pertama, membaca tekstual atau membaca buku sebagai sumber informasi literer. Hal ini penting untuk memperluas wawasan seseorang sebagai pendukung utama dalam membuat sebuah tulisan.
Ke dua, membaca kontekstual. Ini merupakan aktivitas membaca fenomena alam, peristiwa sosial dan budaya, dan membaca berbagai pengalaman hidup sehari-hari. Membaca seperti ini merupakan sebuah proses komunikasi atau dialog dengan lingkungan. Dialog itu akan membawa seseorang pada sebuah titik yang memungkinkannya melakukan semacam refleksi atau permenungan. Hasil refleksi itu yang kemudian dapat dituangkan ke dalam sebuah tulisan.
Apa motivasi menulis?
Motivasi menulis pada setiap orang disulut oleh faktor yang beragam. Ada yang menulis sebagai sekedar hobi. Pada beberapa orang aktivitas menulis hanya sekadar untuk belajar. Banyak pula yang didorong oleh sebuah tuntutan tertentu, seperti, persyaratan akademik berupa skripsi, tesis, atau disertasi. Pada guru ASN golongan tertentu menulis (karya tulis) menjadi salah satu persyaratan kenaikan pangkat.
Motivasi paling ideal adalah keinginan untuk menerbitkan tulisan menjadi sebuah buku yang dapat dibaca khalayak. Melalui tulisan yang diterbitkan menjadi sebuah buku seseorang dapat berbagi ilmu pengetahuan kepada orang banyak. Jika buku seorang penulis telah menjadi konsumsi publik, di sinilah keuntungan itu dapat dipetik, popularitas dan penghasilan finansial.
Menulis dapat dimulai dari hal-hal sederhana dan bersifat realistis. Obyek tulisan, pada fase belajar, dapat diambil dari kehidupan keluarga, masyarakat sekitar, atau dari pengalaman sehari-hari di lingkungan kerja.
Agar tulisan dapat mengalir, sebaiknya menulis satu pengalaman yang dianggap menarik. Ceritakan pengalaman itu secara runtut dan sesuai kronologis. Jangan berfikir tentang salah benar rangkaian kata dan kalimat sampai tulisan dianggap selesai. Setalh itu barulah tulisan dibaca ulang untuk memperbaikan kesalahan penulisan, pilihan kata, atau perbaikan tata kalimat.
Lakukan hal ini setiap hari. Mulai dengan 100 kata sehari. Selanjutnya tingkatkan menjadi 150 kata, 200 kata, sampai 1000 kata. Jika sudah terbiasa mulailah membuat Table of Content (ToC) jika tulisan itu hendak dijadikan sebuah buku.
Sebelum membuat sebuah buku solo, sesorang dapat membangun kepercayaan diri dalam menulis dengan mengikuti proyek buku antologi. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan mencoba mengikuti kompetisi menulis seperti lomba blog, essay, cerpen atau artikel lainnya.
Hal penting lain yang perlu dicermati dalam sebuah tulisan adalah kaidah-kaidah dasar penulisan. Aspek ini perlu diperhatikan untuk melengkapi kualitas tulisan yang menarik untuk dibaca. Kaidah penulisan itu mencakup penggunaan huruf besar dan kecil yang tidak tepat, paragraf yang terlalu panjang.tanda baca, penggunaan kata baku, hindari kata-kata yang tidak efektif, termasuk istilah asing yang sring keliru.
Lombok TImur, 23 Mei 2022
Referensi
- Paparan narasumber Rita Wati, S.Kom (Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gel. 25-26)
- Manfaat Menulis (kemenkeu.go.id)
Hebat ibu, resume nya keren, tetap semangat... Salam lestari
BalasHapusMaaf pak...terpanggil ibu.
BalasHapusResume nya keren
BalasHapusKeereen paket komplit
BalasHapusMantapππ»
BalasHapuskeren,,mantap sekali resumenya
BalasHapusSelalu suka mampir diresume nya pak... Bahasa yang digunakan bagus..
BalasHapusKeren banget, sepertinya sudah punya banyak jam terbang
BalasHapushttps://www.kompasiana.com/mohamadashabulyamin2428/628a617dbb448629f437ca44/menulis-sebagai-passion-catatan-hasil-diskusi-kepenulisan-bersama-sri-sugiastuti
HapusResumenya padat dan jelas π
BalasHapusPengungkapan kembali materi menulis dengan sangat apik.
BalasHapusBagus sekali semangaaaat ...... salam literasi
BalasHapusKeren resume nya... Salam literasi πππ
BalasHapus